ENAKNYA SEKS PERTAMAKU

Namaku Danu(nama Samaran) usiaku 19th,kata tmn sy,sy memiliki wajah yg biasa aja,tapi sy memiliki birahi Seks yg sangat tinggi.sy tinggal di kota “C” provinsi “B”.Pada saat ku msh kecil,sy sangat dimanja oleh seorang wanita yg memiliki rambut sebahu dan keriting,tubuh yg seksi,buah dada yg besar dan pantat yg tidak terlalu montok,tetapi vaginanya yg amat montok.Usianya pada saat itu 35th.Wanita itu bernama Ruyani(nama samaran) tapi ia selalu dipanggil teteh oleh orangtuaku,maklum orng dari daerah “K”. Teteh adalah seorang janda yg memiliki 2 anak laki-laki dan anaknya tidak tinggal bersamanya,mereka tinggal bersama neneknya dikampung.Teteh hidup menjanda karna suaminya meninggal akibat penyakit.singkat cerita Setiap kali sy lagi nangis,dia selalu mengejekku dgn berkata”kenapa nangis aja sayang,minta nyusu” sambil memegang buah dadanya yg besar.Dan kadang dia berdiri didepanku pada saat sy menangis dgn duduk di lantai,dan sy memperhatikan didaerah vaginanya yg memakai celana jeans ketat dan montok sekali vagina itu.Sy Sering berkhayal kalau nanti sy sudah besar sy ingin berhubungan badan dgn teteh.Akhirnya sy tidak bertemu dgn teteh karena dia pindah tempat tinggal.Semenjak itulah sy tdk bisa bertemu dgn teteh sampai saat ini.Tetapi menurut informasi dari daerah tempat ku tinggal katanya teteh tinggal didaerah “k” masih tetap dikota “c” dan provinsi “B”.Pada saat itulah sy berusaha mencari teteh didaerah tsb,dan tanpa disengaja sy yg sedang kelelahan dan duduk didepan masjid,melihat teteh habis selesai sholat.Sy pun langsung memanggilnya,dan teteh tersenyum padaku.Setelah itu,teteh mengajakku ke rumahnya.Rumahnya tidak terlalu jauh dari masjid,ternyata didepan rumahnya ia berjualan es campur.Setelah tiba disana sy disuguhkan satu gelas es campur yg sangat segar,tepat untuk cuaca yg lg panas ini dan kebetulan sy juga haus.Setelah selesai minum sy disuruh masuk kedalam rumah dan menyuruhku duduk di ruang tamu sedangkan teteh akan membereskan dagangannya krna wktu sudah jam 17.30.Setelah teteh membereskan dagangannya dia masuk dan duduk diruang tengah menemaniku sambil menonton tv.Kami saling mengobrol ini itu,setelah selesai ngobrol teteh menyuruhku mandi krna hari sudah mulai gelap dan teteh pun juga mandi.Setelah selesai mandi,akupun mengobrol lagi dgn teteh diruang tengah.Teteh duduk di sampingku dan dia memakai gaun tidur yg amat tipis dan lekuk tubuhnya terlihat jelas.Aku bertanya pada teteh”teh,tinggal sendiri” tanyaku.
“ya,emang kenapa?”jawabnya,
“engga papa,tapi mang ga kesepian apa tinggal sendiri?” tanyaku sambil tersenyum manis. “Mang kenapa gitu kalau kesepian,kamu mau temenin teteh?”sambil mengedipkan sebelah mata sambil becanda.”mmmm..mau sih tapi tetehnya ada yg marah ga klau sy nginap disini?”sambil tersenyum dan setengah bercanda.”ya ampun..siapa yg marah kan teteh ga punya suami atau pacar..lagian tetehkan udah tua masa mau pacaran kan ga pantas”jawabnya sambil tersenyum.
“mang umur teteh skrg brp?”tanyaku. “umur teteh 39th”jawabnya. “uch..itu mah msh muda dan msh butuh kebutuhan sex”jawabku. “ya sih tapi teteh ga berani ngajak lelaki lain untuk nemenin teteh tidur semenjak suami sy meninggal” jawabnya. “gimana kalau lelaki itu sy,teteh mau engga?”tanyaku sambil memegang pundaknya. “ach..bercanda kamu danu”jawabnya tersipu malu tapi mau. “bener,danu serius teh”jawabku sambil membalikkan wajahnya kewajahku lebih dekat. “mang kamu mau ngeseks dgn teteh?apa buktinya klau kamu mau? Tanyanya. “bukti?”tanyaku dan aku pun mencium bibirnya sbgai tanda buktinya. “Sekarang teteh percaya,klau aku mau ngesex ma tante?”tanyaku sambil meyakinkan.dan akhirnya teteh percaya kpdaku.Akupun di suruh untuk menginap karna sudah jam 22.30. Tanpa basa basi,teteh mengajakku untuk tidur dikamarnya krna hanya ada 1 kamar dirumah itu,maklum rumah kontrakan.setibanya dikamar teteh mengunci smua pintu dan setelah selesai teteh mendekatiku dan mencium bibirku.lalu dia mendorongku kekasur hingga aku terlentang dikasur dan dia berlutut dipinggangku dan mulai membuka kancing bajuku.setelah itu dia mulai membuka resleting celanaku dan langsung membuka celana dalamku.Dengan sigapnya teteh langsung mendekati wajahnya dan menjilati penisku yg berukuran panjang 17cm dan berdiameter 3cm,tetehpun langsung mengulumnya.Sy pun tdk dpt menahan kenikmatan tsb.teteh smakin liar mengulum dan sy mencabut penisku dan bangun dari posisiku lalu sy membanting tubuhnya kesamping dan dia terlentang.akupun berlutut dipinggulnya dan melucuti gaun yg dipakainya dan melepaskan bh dan cdnya dan langsung kujilati vaginanya hingga ia mengalami orgasme.melihat vagina yg basah dan licin krna spermanya sy langsung mengarahkan penisku ke vaginanya terasa sempit dan akhirnya amblas sudah penisku divaginanya,akupun menggenjotnya dgn liar.teteh hnya bisa mendesah “ah..ah..ah..terus dan” dan akhrnya aku tidak tahan dan menyemprotkan cairan kental secara bersamaan.pertarungan malam itu tdk smpai disitu,aku dan teteh melakukan dgn berbagai gaya hingga pagi.
TAMAT
. Share

AURA KASIH

Bagaimana mendapatkan Aura Kasih agar mau bercinta denganku ? Wah sulit …. tetapi cewek ini sebenarnya tidak susah ditaklukan …. ada banyak kelemahan, aku suka memancingnya dengan mengirim email liwat inbox facebooknya, alhasil suatu hari Aura Kasih mengirimi email lewat inbox facebooknya butuh bantuanku, aku diminta datang sore itu, aku datang memakai motorku. Sesampai di rumahnya yang lumayan besar, beberapa orang ada di situ, kayaknya orang dari mana aku tidak menggubrisnya, aku duduk menunggu Aura Kasih di ruangan tengah ketika aku datang hanya disapa oleh pembantunya. Akhirnya, dewi pujaanku muncul juga dengan kaos yang aduhai, buahdadanya membusung padat dan menggunakan celana pendek .. alamak kemulusan pahanya membuat adikku ngaceng.“Selamat sore Han … “

Aku tergagap melihat kecantikan luar biasa dari Aura Kasih.

“Sell la .. mat sore … Aura “

“Tumben kamu kok grogi ? mang ada apa denganku ?”

“Kamu sih cantik sekali sore ini .. membuat aku jatuh hati “ rayuku

Share

SEBUAH PERSAHABATAN

Sejak aku melakukan hubungan sexual yang pertama kali dengan Oom Pram, bapak kostku, aku tidak yakin apakah selaput daraku sobek atau tidak. Karena pada saat itu aku tidak merasakan sakit dan tidak mengeluarkan darah. Yang jelas sejak saat itu sex menjadi kebutuhan biologisku. Repotnya aku tidak dapat memenuhi kebutuhan biologisku ini kepada pacarku yang sebangku kuliah, dia sangat alim dan selalu membatasi diri dalam berpacaran.

Akhirnya aku semakin terjerat dengan bapak kostku yang mempunyai perbedaan umur 25 tahun (dia berumur 46 tahun). Kami melakukan selalu pada siang hari, yaitu pada saat istrinya sedang berada di kantor, dan semua teman kostku sedang kuliah. Sudah enam bulan berlalu, tanpa satu orang pun yang tahu, hanya barangkali pembantu rumah tangga yang mencium sesuatu diantara kami berdua.

Oom Pram pandai memainkan sandiwara dalam pergaulan sehari-hari di rumah. Dia memperlakukanku secara wajar, dihadapan rekan kostku yang lain maupun dihadapan istrinya. Jika tidak ada kuliah dan rumah kosong (kecuali pembantu), aku hampir selalu memuaskan hasratku. Dan untuk keamanan, aku selalu mempunyai stock kondom di lemariku yang selalu terkunci (walaupun pembelian kondom ini selalu menjadi masalah tersendiri bagiku, karena aku masih malu untuk membeli alat kontrasepsi tersebut).

Nani (bukan nama sebenarnya) adalah teman karibku yang tinggal sekamar denganku yang saat ini entah berada dimana, karena sejak kami lulus sarjana 15 tahun yang lalu, kami tidak pernah berhubungan lagi, dan mudah mudahan membaca cerita ini sekaligus sebagai nostalgia bersama.

Pada suatu hari Nani pulang dari kuliah. Seperti biasanya tanpa ketuk pintu dia langsung masuk ke kamar. Ketika itu aku terbangun dari tidurku. Nani langsung mencopot sepatu dan mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan t-shirt yang ketat. Dia memang tampak sexy dengan pakaian itu, buah dadanya tampak membusung, ditambah wajahnya yang cantik, aku yakin banyak pria yang menyukainya.

Dia tiba-tiba mengambil sesuatu dari pinggir bantal yang kupakai, aku terkesiap ketika mataku melirik barang yang baru diambilnya. Jantungku hampir copot rasanya.
“Lin, ini punya siapa..?” matanya melotot, mulutnya terbuka penuh kekagetan.
Aku tidak dapat menjawab, aku masih mencoba menenangkan hatiku. Di ujung jarinya masih dipegangnya kondom bekas pakai yang ujungnya masih berisi cairan putih.

Memang ini kecerobohanku, biasanya sehabis melakukannya selalu kubungkus tissu dan kusimpan di tas atau lemari. Tapi kali ini aku ketiduran sehingga lupa mengamankan benda berharga itu.
“Dengan pacarmu..?”
Aku hampir mengangguk, tetapi mulutku berbicara lain, “Oom Pram..” jawabku pendek.
“Oh.., hebat sekali kamu, ceritain dong, aku pikir kamu alim, sungguh mati aku nggak nyangka kalau kamu juga udah pinter. Kamu curang, aku selalu jujur dan cerita apa adanya sama kamu. Eh nggak taunya pengalamanmu lebih hebat dariku.” Nani terus menerocos sambil merebahkan tubuhnya di sampingku.

“Sudah berapa kali kamu sama Oom Pram..?”
Aku memaklumi protes dan rasa penasarannya, karena Nani selama ini selalu terbuka denganku. Dia selalu menceritakan hubungaan sex-nya dengan pacarnya sedetil-detilnya , dari ukuran penis sampai posisi pada saat melakukannya. Sedangkan aku sama sekali tidak pernah menceritakannya karena rasa malu, karena kulakukan justru tidak dengan pacarku tetapi dengan laki-laki yang seumur dengan pamanku.

Sejak saat itulah aku mulai menceritakan aktifitas sexual kami kepadanya, aku ceritakan bagaimana pengalaman pertamaku yang tanpa rasa sakit dan tanpa darah, bagaimana Oom Pram mengajariku dan membimbingku dengan penuh kesabaran . Dan kuceritakan pula bagaimana induk semangku itu begitu perkasanya di atas ranjang, bahkan beberapa kali aku mengalami orgasme lebih dari satu kali. Pernah suatu kali aku ceritakan pengalaman yang tidak kulupakan hingga sekarang (kini aku sudah mempunyai dua orang anak yang sudah besar-besar), yaitu ketika kami hanya berdua, aku dan Oom Pram bercinta di atas sofa ruang tamu. Sungguh pengalaman yang fantastis.

Dia duduk bersandar ke sofa, sedangkan aku dalam posisi duduk atau lebih tepatnya jongkok di pangkuannya menghadap ke arahnya, kelamin kami menjadi satu, saling mengisi, saling menggesek dan menekan, menjepit dan menggoyang. Dan hubungan intim kami akhiri dengan rintihan panjangku di pojok karpet di bawah meja tamu. Sungguh pengalaman yang sangat hebat. Sampai kini pun aku selalu mengkhayalkannya dan mengimpikannya.

Hingga suatu saat Nani mengusulkan seuatu yang membuatku termenung. Memang pada awalnya usulannya masih bersifat gurauan, tetapi akhir-akhir ini ia semakin mendesakkan kemauannya. Bahkan sambil bergurau ia mengancam akan membeberkan kisahku ini ke pacarku. Aku butuh waktu seminggu untuk menimbangnya, aku belum rela untuk berbagi cinta dengan kawanku ini, tetapi lama-lama aku tergelitik, apalagi Nani selalu membujuk dan mengkhayalkan keindahannya bagaimana kalau kami melakukan hubungan sex bertiga. Dan akhirnya aku pun menyetujuinya.

Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, Oom Pram tidak keberatan dengan gagasan ini. Dan dipilihnya waktu yang paling tepat, yaitu ketika istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di Jawa Tengah. Dan tempat yang telah disepakati adalah di kamar tidurnya bukan di kamarku. Kamarnya ada di rumah induk, sedang kamarku ada di Paviliun yang memang disediakan untuk indekost.

Sekitar jam sembilan malam, ketika teman kost lain sudah masuk kamar masing-masing. Aku pun masuk ke kamar Oom Pram tanpa satu orang pun yang melihat. Oom Pram yang sudah menunggu sambil nonton TV di kamar menyambutku dengan dekapan dan ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling kamar, sebuah kamar yang luas, indah dan mengagumkan, kamar yang tidak kalah dengan sweet room di hotel berbintang lima. Inilah pertama kali aku melihat kamarnya, diam-diam kukagumi taste istrinya dalam menata kamar yang begitu indah dan mengagumkan.

Tidak berapa lama kemudian Nani datang menyusul, terlihat kecanggungannya, hilang sifat lincahnya. Kubimbing dia ke arah Oom Pram. Oom Pram memeluk Nani dan mencium pipinya. Kecanggungan dicairkan oleh Oom Pram dengan obrolan ringan dan gurauan kecil. Karena kulihat baik Oom Pram maupun Nani masih sungkan untuk melakukannya, maka aku pun berinisiatif untuk memulainya.

Kubimbing Oom Pram ke tempat tidurnya yang sangat luas, kucumbu dan kucium dia. Kami berciuman, saling mengelus cukup lama dan birahiku mulai naik ketika tangannya meremas dengan lembut buah dadaku. Kulihat Nani masih duduk pasif di ujung tempat tidur memperhatikan kami. Kulepas pelukanku dan kutarik tangan Nani ke arah kami, dan ia segera masuk ke dalam rengkuhan Oom Pram.

Walaupun birahiku sudah mulai bangkit, tetapi kugeser posisiku untuk memberi kesempatan pada Nani menikmati ciuman dan belaian Oom Pram. Nani terlihat sangat bernafsu, apalagi ketika buah dadanya yang sexy diremas-remas oleh Oom Pram. Tubuhnya menindih tubuh Oom Pram dengan posisi miring memberi kesempatan buah dada kirinya untuk diremas, dua belah pahanya menjepit paha kanan Oom Pram, bahkan dari gerakan pinggulnya aku yakin Nani sedang menggesekkan selangkangannya di paha Oom Pram.

Kuhampiri Nani, kubuka resleting di punggungnya, ia menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan aku melepas pakaiannya, dan dalam sekejab dia sudah telanjang bulat, seperti diriku dia juga tidak mengenakan BH maupun CD. Tubuhnya memang indah dan aku selalu mengagumi tubuhnya itu, karena sebagai teman sekamar, aku sudah terbiasa melihat kepolosannya itu. Hanya ada satu hal yang belum pernah kulihat, yaitu bibir bawahnya tampak sedikit membengkak dan warna kemerahan membayang di balik rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat.

Oom Pram segera meraih kedua buah dadanya untuk mencium sekaligus meremasnya, Nani tampak menikmatinya dan membiarkan seluruh tubuhnya dinikmati oleh Oom Pram. Tangannya kulihat mulai mengelus pangkal paha Oom Pram yang masih terbungkus piyama. Aku sebenarnya sangat terangsang dengan adegan itu, apalagi ketika mereka berdua sudah tanpa busana, dan percintaan mereka makin seru dimana dalam posisi tidur telentang di tengah tempat tidur yang harum dan mewah. Oom Pram mempermainkan kelamin Nani dengan lidah dan bibirnya, sedangkan Nani setengah jongkok di kepala Oom Pram merintih-rintih keenakan sambil menunduk melihat kemaluannya yang sudah makin membengkak.

Kulepas pakaianku, kurasakan buah dadaku sudah mengeras dan vaginaku sudah terasa basah. Kudekati penis Oom Pram yang tegak berdiri dengan kepala yang mengkilat, dikelilingi oleh otot yang kebiru-biruan, sebuah pemandangan yang bagiku sangat indah. Kugenggam batang penisnya, kadang kukecup ujung penisnya. Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak berani memainkannya seperti yang disukainya. Aku tidak menelusuri otot batangnya dengan lidahku, tidak pula menyedot seperti menyedot es lilin ketika aku masih kanak-kanak. Karena aku sadar, bahwa perjalanan masih panjang. Kali ini dia akan bercinta dengan dua orang wanita muda yang sedang haus-hausnya. Aku takut dia akan “selesai” sebelum waktunya.

Ketika Nani mengerang makin keras, dan gerak pinggulnya terlihat makin tidak terkendali, Oom Pram segera mengakhiri permainan. Dia bangkit dan membimbing Nani untuk rebah di sampingnya berbantal lengan kirinya. Direngkuhnya aku, sambil mencium bibirku tangan kanannya merangkulku dan mengelus pungggungku. Kunikmati permainan lidahnya, kadang lidahnya menjalar dalam mulutku, kadang lidah kami saling beradu. Kubiarkan tangan Nani ketika dari posisinya dia mejulurkan tangan untuk ikut meremas buah dadaku, karena menambah kenikmatan yang kurasakan. Bahkan ketika dia bangkit dan jarinya menyibak bukit kemaluanku yang sudah basah, aku malah merentangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Aku sama sekali tidak merasa risih, bahkan sebenarnya aku ingin dia melakukan lebih dari mengelus klitorisku. Aku ingin bibir Nani yang sensual itulah yang melakukannya. Tapi itu tidak dilakukannya.

Oom Pram bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku segera tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa sangat lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya sejak tadi. Aku memberi kesempatan Nani untuk melakukannya terlebih dahulu, ia sudah dalam posisi telentang dengan kaki yang ditekuk dan kedua belah paha terbuka lebar, sehingga dua bukit kemaluannya terbelah dengan menampakkan semburat magma merah dari celahnya. Sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah tubuh putih yang mengkilat karena keringat, buah dadanya yang padat pinggang yang ramping. Mata Nani memandang sayu ke arah Oom Pram yang sudah berada di depannya siap melakukan tugasnya.

Oom Pram masih menjelajahi tubuh indah itu dengan matanya sambil tangan mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan kokoh. Aku tak pernah bosan memandang, entah sudah berapa kali aku menjamah dan menikmati tubuh lelaki itu. Aku lah yang tak sabar melihat adegan sejoli ini berlama-lama, kuraih penisnya dan kutuntun ke arah lubang kawah yang merah menyala. Nani sedikit mendongakkan kepala ketika ujung kemaluan Oom Pram mulai masuk ke vaginanya, mulutnya mendesis lembut. Jika sedang bercinta denganku, Oom Pram selalu memulai dengan tidak memasukkan penuh, tetapi hanya kepalanya saja, kemudian menancapkan berkali-kali ke arah atas di belakang klitoris, memutar dan menggoyangnya.

Demikian juga yang dilakukan kepada Nani, kocokan ringan itu membuat Nani makin mendesis-desis, disertai sapuan lidah di bibirnya sendiri. Lututnya terlihat bergerak membuka dan menutup kadang-kadang pinggulnya diangkat mencoba menenggelamkan batang yang mempesona itu, tetapi selalu gagal. Aku tidak dapat menahan diri, tanganku kuremaskan ke buah dada Nina yang bergoncang lembut, bahkan lama-lama jari tanganku mengelus-elus klitoris Nani yang tidak lagi mendesis tetapi sudah merintih-rintih.
“Oom… masukkan yang dalam.., sampai habis..!” ia menghiba sambil tangannya menekan pantat Oom Pram.
Dan dia merintih panjang ketika penis Oom Pram menancap makin dalam sampai ke pangkalnya.

Kulihat di depan mataku sepasang manusia sedang malakukan persetubuhan, sang wanita sambil mendekap pasangannya, mulutnya merintih dan mendesis. Sang lelaki dengan tubuh yang berkeringat mengayunkan pinggulnya ke atas ke bawah, kadang desis kenikmatan juga terdengar dari mulutnya. Sesekali sang lelaki dengan mata penuh nikmat menatap kosong kepadaku. Aku mundur ketika Nani mulai liar, kakinya mendekap tubuh Oom Pram dengan kencang, pinggul diangkat ke atas seakan ingin menyatu dengan lawan mainnya, dagunya mendongak disertai lenguhan panjang, “Aaahhh…”

Detik-detik indah Nani telah lewat, beberapa saat Oom Pram masih menindih di atas tubuhnya, dibelainya rambutnya dan dicium lembut bibirnya. Sebenarnya pada saat yang sama vaginaku sudah berkedut nikmat, aku sangat terangsang penuh birahi, tapi aku masih harus besabar beberapa menit untuk memberi kesempatan Oom Pram mengambil nafas. Walaupun aku tahu pasti bahwa dia belum berejakulasi.

Aku segera turun dari tempat tidur, kuambil tissue dan kondomku, kubersihkan dengan hati-hati penisnya yang basah kuyup oleh lendir Nani. Kusarungkan kondom berwarna merah jambu di kemaluannya. Beda dengan Nani yang tidak menyukai memakai alat itu, dia lebih menyukai pil KB yang diminumnya secara rutin, karena hubungannya dengan pacarnya.

Kulihat Oom Pram sambil telentang memperhatikan apa yang sedang kulakukan, mulutnya medesis penuh nikmat ketika penis yang sudah bersarung itu kukulum dan kusedot. Dalam nafsuku yang puncak itu, aku merasakan tidak perlu lagi pemanasan, aku segera memposisikan diri jongkok di atasnya, kamaluan kami sudah berhadapan nyaris menyentuh. Aku masih sempat bermain di luar sebentar, sebelum semuanya kumasukkan sampai ke dasar dinding rahimku. Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya, kuhisap mulutnya.

Kukerutkan otot-otot di dalam vagina untuk mencengkeram penisnya. Bersamaan dengan itu kuputar pinggulku sambil kutarik ke atas sampai ke leher kemaluannya. Kemudian dengan cara yang sama kulakukan dengan arah ke bawah, dan kulakukan berulang-ulang. Ia mengelus dan meremas bokongku, pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama yang sudah sangat harmonis. Posisi ini adalah posisi favoritku (hingga kini). Buah dadaku terhimpit di dadanya, perutku menggeser-geser perutnya dan desis kenikmatan kami semakin menyatu.

Kurasakan gesekan otot dan kulit penisnya di dalam vaginaku, rasanya enak sekali, kepala penisnya yang besar yang menyodok-nyodok dinding rahimku makin menambah kenikmatan yang kualami. Bagian dalam vaginaku berkedut makin dalam. Aku melenguh panjang, kutepuk pundaknya dan ia segera mengerti untuk menghentikan kocokannya. Sementara aku juga menghentikan gerakanku dan meikmati kedutan yang merambah jaringan kemaluanku. Aku mengalami orgasme ringan, aku tidak ingin permainan cepat selesai, baru lima belas menit kami bersetubuh, biasanya aku tahan lama sekali. Mungkin karena aku menonton dan terlalu meresapi permainan Nani tadi.

Aku masih menumpuk di atas tubuh Oom Pram, kemaluannya masih terjepit dalam sekali di dalam kelaminku yang masih menjalar rasa nikmat.
“Oom.., enak sekali. Aku pengen lama. Lamaaaa sekali..!” kucium pipinya dan kudekap tubuhnya.
Dan ketika dia mulai mengocokku dengan ringan dari bawah, segera kutepuk kembali pundaknya, “Aaaah, jangan dulu Oom.., Lani belum turun..”
Kurebahkan kepalaku di samping kepalanya, kudekap tubuhnya yang kekar, kuluruskan kakiku sehingga paha kami saling menempel, dengan posisi ini aku merasa menjadi satu dengannya. Kemaluannya masih tetap di dalam tubuhku.

Wajahku berhadapan dengan wajah Nani yang sejak tadi menonton pertunjukan kami, tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri, sedangakan tangan kanannya menggosok-gosok klitorisnya. Nani sudah mulai bangkit lagi nafsunya, wajahnya menampakkan kenikmatan mansturbasinya. Menit berikutnya Oom Pram sudah menggulingkan tubuhku ke samping tanpa melepaskan kesatuan kami. Dan dalam sekejap tubuh yang mengkilat oleh keringat sudah dihadapanku dengan posisi push up, kedua tangannya berada di samping tubuhku, kedua kaki lurus dan merapat. Penisnya sangat besar dan keras masih terasa menekan dalam lubang kenikmatanku.

Kulipat kakiku dan kubuka lebar-lebar pahaku, karena aku tahu bahwa Oom Pram akan segera mengaduk-aduk isi kelaminku dengan alatnya itu. Aku sudah siap untuk dipuasinya, dan aku pun siap untuk memberikan peyananku. Dia mulai menarik pelan-pelan penisnya, kuimbangi dengan remasan otot vagina, kurasakan nyeri kenikmatan dari bawah tulang kemaluanku. Aaahhh.., aku mulai mendesis, kuputar pinggulku, dan kuremas-remaskan dan kusedot habis kemaluannya, aku merintih tidak tahan, Oom Pram mendesis.

Aku dipompa dengan putaran ke kanan kadang ke kiri, kadang diulir kadang ditancap lurus ke bawah. Rasa geli dan desiran nikmat makin merambat di seluruh kemaluanku. Kakiku sudah terangkat tinggi menggapit pinggangnya, pinggulku selalu melekat erat dengan pinggulnya. Pangkal kemaluan kami saling melekat, klitorisku bergetar hebat. Oom Pram mendekapku erat, diciumnya bibirku, nafasnya sudah memburu, kocokan penisnya menghujam dengan kencang dan dalam, bersamaan dengan itu kedutan dahsat dalam lubang kemaluanku. Dia telah memancarkan spermanya.

Bersamaan dengan itu kulepas pula keteganganku. Kutahan jeritan kenikmatanku.
“Oom Pram.., oh…”
Aku tergolek lemah di samping Nani yang sedang menuju klimaks dalam mansturbasinya. Malam yang indah yang sampai kini pun aku sering melamunkannya. Sobatku jika kau membaca ini kau pasti tahu bahwa ini aku sobatmu yang dulu, apakah kau masih merindukan Oom kita..? Aku pun begitu.

TAMAT
. Share

SENSASI SEKS KEROYOKAN

Gara-gara terjebak nafsu untuk berselingkuh, malah membuatku ketagihan. Dulu aku puas ngeseks hanya dengan satu pria. Sekarang, aku lebih puas dengan ngeseks ramai-ramai. Bukan lagi dengan satu pria tentunya, melainkan lima pria sekaligus, aku baru puas.

Aku seorang wanita berumur 30 tahun, ibu dari dua orang anak. Tentunya statusku nikah dengan seorang suami. Kami telah terikat perkawinan selama tujuh tahun. Aku nikah setelah berhasil meraih gelar kesarjanaanku di kota Bandung.

Suamiku normal-normal saja, demikian juga dengan hubungan seksku. Aku melakukannya sekitar 2 atau 3 kali seminggu dengan suamiku. Namun semuanya berubah ketika aku mengalami suatu hal yang tidak kuduga sebelumnya pada tiga bulan yang lalu. Ternyata kemampuan seksku lebih dari yang kuduga sebelumnya.

Aku biasa dipanggil Ratih. Tinggi badanku sekitar 156 cm dengan berat 49 kg. Ukuran BH-ku 34C, pinggulku yang agak besar berukuran 100 cm semakin menonjol dengan pinggangku yang hanya 58 cm itu. Walaupun dari rahimku telah terlahir dua orang anakku, bodyku sih oke-oke saja. Hampir tidak ada perubahan yang mencolok.

Kembali pada kejadian yang gila. Mula-mula aku bertemu temanku, Merry saat aku sedang berbelanja di sebuah mall. Ia adalah sobatku sewaktu di SMA dulu. Saat itu ia bersama dua orang teman laki-lakinya, yang langsung dikenalkannya kepadaku. Mereka bernama Yanto dan Andi. Mereka ternyata adalah teman-teman yang enak diajak bicara. Akhirnya kami pun menjadi akrab. Siang itu kami melanjutkan obrolan sambil makan di sebuah restoran.

Setelah pertemuan itu, ternyata Yanto sering menelepon ke rumahku walaupun ia sudah tahu bahwa aku ini seorang istri dengan dua orang anak. Dalam pembicaraan telepon, ia memang sering mengeluarkan rayuan gombalnya kepadaku tapi tetap ia menjadi teman bicara yang enak.

Ia berusaha mengajakku makan siang dengan gigihnya. Hal itu yang membuatku menyerah juga. Akhirnya aku menyetujuinya juga. Syaratnya, makan siangnya harus ramai-ramai.

Aku, Merry, Yanto, dan Andi bertemu di tempat yang sudah kami sepakati bersama. Bersama kedua teman cowok kami, ikut serta pula tiga orang teman mereka yang lain: Eko, Benny, dan Adi. Mereka semua rata-rata berusia delapan tahun lebih tua daripada aku dan Merry.

Kami makan siang bersama di sebuah restoran yang ada fasilitas karaokenya. Kami makan dengan ramainya sambil berkaraoke. Memang aku pun senang berkaraoke.

“Ayo, Rat… nyanyi lagi…” mereka menyemangatiku kala aku melantunkan lagu. Ternyata kelima cowok keren itu merupakan teman yang enak untuk gaul. Wawasan mereka luas dan menyenangkan. Akhirnya kami cepat menjadi akrab. Ternyata, baru kusadari nanti bahwa inilah kekeliruanku….

Seminggu kemudian aku diundang lagi, kali ini oleh Andi, untuk makan siang dan berkaraoke lagi. Tanpa pikir panjang dan tanya-tanya lagi, aku pun langsung menyetujuinya. Aku bolos masuk kantor setelah makan siang, lalu pergi ke tempat karaoke bersama mereka.

Nah, di saat itulah terjadi sesuatu yang tidak kuduga. Ternyata aku dibawa ke tempat karaoke yang khusus untuk berkaraoke saja. Bukannya sebuah restoran. Tempatnya berupa sebuah kamar tertutup dengan kursi panjang. Kali ini Merry pun tidak ikut. Jadi hanya aku dengan kelima cowok itu.

Karena sudah telanjur masuk ke sana, akhirnya kucoba menenangkan diri. Walaupun aku agak deg-degan juga pada awalnya. Kenyataannya, akhirnya suasana menjadi seru ketika secara bergantian kami berkaraoke.

Aku pun dipesankan minuman whisky-cola yang membuat badanku jadi hangat. Akhirnya mereka meminta berdansa denganku saat salah satu di antara mereka bernyanyi. Saat melantai itulah, lama-kelamaan mereka berani merapatkan dadanya ke tubuhku dan menekan serta menggesek-gesek payudaraku.

Anehnya, aku malah diam dan mencoba menikmati apa yang mereka perbuat kepadaku, yang lama-lama membuatku terbakar dan menikmati permainan ini. Mereka bergantian berdansa denganku.

“Ratih, badanmu hot sekali,” ujar Yanto berbisik di telingaku sambil bibirnya mencium belakang telingaku, membuatku merinding nikmat… Tangannya lalu tanpa malu-malu lagi meremas payudaraku. Aku pun terangsang hebat….

“Aahhh… jangaaannnn…” kataku ketika Yanto dengan beraninya membuka kancing blusku dan menyusupkan tangannya ke dalamnya… Tangannya meremas dan memilin puting payudaraku dengan semakin hotnya… Aku sebenarnya masih menyimpan sedikit rasa malu karena semua aksi kami ditonton oleh yang lainnya dengan tatapan penuh nafsu….

Anehnya, seperti dibius, tubuhku tidak berontak. Tanganku sama sekali tidak berusaha melepaskan tangan Yanto yang terus menggerayangi payudaraku yang kini terbuka lebar…

“Mmmhhh…” rintihku penuh kenikmatan. Hanya itu yang ternyata sanggup keluar dari bibirku…

Yanto akhirnya mengulum bibirku dan menindih rapat-rapat tubuhku di atas sofa.

Aku benar-benar lupa diri ketika jari-jemari Yanto bergerilya di dalam celana dalamku. Ia terus menggelitik bibir lubang vaginaku yang sudah basah dan rasanya menebal itu.

Spontan yang lainnya pun ikut-ikutan. Dengan liar akhirnya kelima cowok itu mengerubuti tubuhku.

Akhirnya, tahu-tahu tubuhku sudah bugil tanpa sehelai benang pun dan digeluti bersama oleh mereka. Yantolah yang lebih dahulu menusukkan senjatanya ke dalam lubang kemaluanku. Lalu Adi memasukkan senjatanya ke dalam mulutku. Andi mengisap puting kiri payudaraku sambil membimbing tangan kiriku untuk mengelus-elus senjatanya. Sementara itu Eko mengisap puting yang sebelahnya sambil melakukan hal yang sama pula terhadap tangan kananku. Terakhir, Benny menggosok-gosokkan senjatanya ke wajahku.

“Aacchhh….” aku mendapat orgasme pertama ketika Yanto sedang asyik-asyiknya menggenjot tubuhnya di atas tubuhku. Spontan, kedua tanganku meremas penis Andi dan Eko yang ada dalam genggamanku dengan keras…. Aku sendiri tak bisa mengeluarkan lenguhan kenikmatanku secara lepas karena penis Adi yang hangat itu dengan serunya terus bermain di mulutku.

Adi yang tahu aku baru saja orgasme hanya menyeringai kepadaku. Tampaknya ia pun semakin semangat memompa mulutku….

“Ratiih…” desah Yanto menggeliat ketika memuntahkan maninya di dalam lubangku. Hangat dan terasa kental memenuhi lubang kemaluanku. Dipegangnya pantatku erat-erat supaya semua spermanya masuk ke dalam tubuhku…. Adi tambah semangat mengocok senjatanya di dalam mulutku.

Setelah Yanto selesai, posisinya langsung diganti Benny yang sejak tadi hanya mengosok-gosokkan senjatanya yang panjang dan besar di wajahku.

Langsung ditancapkannya ke dalam lubangku yang hangat, sudah penuh dan licin dengan cairan milik Yanto. Benny begitu semangatnya menyetubuhiku.

“Mmmmphh, aghhh….” tubuhku bergetar menggeliat.

Bayangkan… payudaraku dihisap putingnya oleh Eko dan Andi seperti dua bayi besar. Sementara lubang kemaluanku mulai dihunjam oleh senjata Benny dengan ganasnya. Di mulutku, Adi akhirnya menyemprotkan cairannya dengan deras dan langsung kuhisap kuat-kuat.

“Aaaacchhh….” air mani Adi yang terasa hangat asin seperti kuah oyster masuk ke dalam tenggorokanku.

Bersamaan dengan itu, Benny juga menyemprotkan maninya di lubang vaginaku. Multiorgasme…. Aku sudah mendapatkannya tiga atau empat kali dan masih ada Eko dan Andi yang belum kebagian menyemprotkan cairannya.

Tubuh Adi dan Benny berkelojotan dan akhirnya terhempas.

Andi menggantikan posisi Adi. Penisnya yang bengkok ke atas terasa penuh di mulutku.

Eko menepis Benny dari atas tubuhku. Untuk yang ketiga kalinya, lubang vaginaku dimasuki oleh orang yang berbeda…. Ternyata senjata milik Eko lah yang paling panjang dan besar. Aku khawatir kalau penis Eko agak susah untuk masuk ke dalam vaginaku.
Syukurlah, ternyata tak sesulit yang kubayangkan karena lubang vaginaku telah
penuh dengan cairan dari dua orang yang terdahulu.

Benar saja, terasa sangat mantap dan nikmat ketika senjata Eko menggesek lubangku yang sudah terasa panas dan semakin tebal rasanya. Napasku sampai terengah-engah dibuatnya…

“Rat…. iseeepp yang kuaaattt….” ternyata Andi tidak kuat dengan isapan mulutku. Ia akan segera mencapai klimaks. Aku pun segera mematuhi perintahnya dengan mengisapnya lebih kuat lagi….

Penis Andi pun memuncratkan cairan maninya di dalam mulutku. Terasa air mani Andi lebih strong aromanya, lebih hangat, lebih kental, dan lebih banyak memenuhi mulut dan tenggorokanku. Aku sampai agak gelagapan karena mulutku jadi penuh dan hampir tersedak…. Namun aku berusaha untuk tenang… Pelan-pelan kutelan sperma Andi yang membludak. Sementara bibirku tetap mencengkram penis Andi supaya tak lepas…. Setelah penis Andi kering benar dan mulai mengkerut, barulah aku melepaskannya…. Ia pun lalu tergeletak di atas kepalaku.

Sekarang tinggal aku dan Eko…. Eko pun lalu mengubah posisinya menjadi ‘missionary position’. Sambil penisnya terus mengocok kemaluanku, tubuhnya pun menindih tubuhku. Wajah kami pun berhadap-hadapan dekat sekali… Sambil terus beraktivitas, Eko tersenyum padaku.

“Rat, kamu hebat sekali…” katanya.

Aku pun tersenyum malu.

“Oh, Eko…” bisikku. Lalu seperti sepasang kekasih, kami pun saling berciuman bibir.

Tak lama kemudian, Eko juga menggeliat menyemburkan cairannya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku terasa lemas tetapi bergetar kuat mengiringi muncratnya cairan Eko. Eko semakin mendorong pangkal pahanya ke pangkal pahaku supaya cairannya masuk semua ke tubuhku… Rasanya aku sudah orgasme enam kali ketika akhirnya Eko menggelepar dan terbaring tepat di samping tubuhku. Kami pun lalu berbaring telentang sambil berpelukan dan menikmati hasil persetubuhan kami….

Selesailah pertempuran besar antara aku dan kelima cowok siang itu di ruang karaoke. Walaupun ber-AC, namun udara saat itu tetap terasa panas. Badan kami bercucuran keringat. Apalagi aku, karena selain basah oleh keringatku sendiri, juga bercampur dengan keringat kelima cowok yang barusan menyetubuhiku…. belum lagi dengan tumpahan air mani mereka yang berceceran di seluruh bagian tubuhku….

Setelah itu, semuanya terdiam. Tak ada satu pun di antara kami yang saling bercakap. Beberapa cowok tertidur karena kelelahan. Akhirnya, beberapa puluh menit kemudian, kami pun berbenah-benah.

Celakanya, di kamar itu tidak ada kamar mandi. Akhirnya, aku hanya mengelap cairan kelima lelaki yang memenuhi lubang vaginaku dan menetes ke pahaku dengan bra dan celana dalamku saja. Lalu aku memakai bra dan celana dalamku yang agak basah dan lengket itu. Disusul dengan blouse, rok serta blazer yang tadinya bertebaran di lantai. Yang membuatku senang, Eko ikut membantuku berpakaian. Paling tidak, aku merasa dihargai dan tidak sekedar menjadi pemuas nafsu mereka…. Mereka pun segera memakai kembali baju dan celananya.

Jam lima sore, kami keluar dari karaoke itu. Berarti empat jam sudah kami berada di dalamnya karena kami masuk pada pukul satu siang. Sedangkan aku sendiri digilir oleh mereka lebih dari dua jam nyaris non-stop. Waah, aku kagum juga dengan daya tahanku…. walaupun rasanya kakiku pegal-pegal dan ngilu. Begitu juga selangkanganku dan mulutku….

Waktu melewati meja kasir rasanya aku malu juga. Walaupun kasir wanita itu tidak tahu apa yang terjadi di dalam tapi wajahku tetap terasa memerah. Make up ku telah berantakan dan aku bisa dengan jelas mencium kalau minyak wangiku telah berubah menjadi bau aroma air mani….

Kasir wanita itu tersenyum kepadaku. Mungkin ia bisa mengendus baunya… atau malah mungkin ia sedang membayangkan kejadian yang baru saja kualami. Sementara itu, di paha dan kakiku terasa mani mereka merembes mengalir keluar dari lubang vaginaku.

Untung sesampainya di rumah, suamiku belum pulang… Cepat-cepat aku ke kamar mandi membersihkan tubuh dan pakaianku.

Ternyata, malamnya suamiku menagih jatahnya juga… Untung aku sudah membersihkan badanku dan menyemprotkan minyak wangi untuk menghilangkan aroma sperma kelima cowok itu…

Walaupun komentar suamiku membuatku deg-degan, mudah-mudahan ia tidak curiga….

“Rat, punyamu kok rasanya lain banget… tebel…” bisik suamiku di telingaku…

“Terima kasih, ya… Enak…” lanjut suamiku setelah ia menyemprotkan cairannya beberapa menit kemudian. Lalu ia tertidur pulas di sampingku. Ia tidak tahu sudah jadi orang keenam hari itu yang memuncratkan cairannya untukku.

TAMAT
. Share

PESTA PERAWAN

Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Hr berada.

“Winda…”, sebuah suara memanggil.

“Hei Ratna!”.

“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.

“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.

“Idih jahat banget!”.

“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.

“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.

Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.

“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.

“Selamat siang pak!”.

“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.

“Saya Winda…!”.

“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.

“Iya benar pak.”

“Saya tidak ada waktu, nanti hari Mminggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.

“Ada lagi?” tanya dosen itu.

“Tidak pak, selamat siang!”

“Selamat siang!”.

Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!

Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Hr, dosen berengsek itu.

Rumah Pak Hr terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.

“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Hr sendiri.

“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.

“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Hr ramah.

“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.

Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.

Rumah Pak Hr tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.

“Gimana sudah siap?”, tanya pak Hr mengejutkan aku dari lamunannya.

“Eh sudah pak!”

“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”

“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Hr sudah menuburuk tubuhku.

“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.

“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.

Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Hr.

“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Hr.

Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.

Pak Hr seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Hr, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.

Merasa mendapat angin kini tangan Pak Hr bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.

Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.

Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.

Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.

“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Hr mengagumi kecantikanku.

Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.

Dengan lembut Pak Hr mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.

Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.

“Pak…!”, rintihku memelas.

“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.

“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?

Tiba-tiba Pak Hr melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.

Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Hr ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.

Beberapa saat kemudian Pak Hr melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.

Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.

Pak Hr cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.

Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Hr menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Hr menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.

Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Hr yang super itu, dan ini makin membuat Pak Hr tergila-gila.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Hr membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.

Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…, aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.

Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Hr yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.

Namun beberapa saat kemudian, Pak Hr mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.

Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.

Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.

Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.

“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Hr penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.

Pak Hr kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.

Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.

“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.

“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.

“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Hr.

Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.

“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Hr hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.

Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Hr, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.

“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.

“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.

“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.

“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.

“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.

“Masuklah Winda…”.

“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.

“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Hr saja kau mau!”.

Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.

“Da…,Darimana kau tahu?”.

“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”

“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.

Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.

Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.

“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.

Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Hr, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.

Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.

“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.

“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.

“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.

“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.

“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.

“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.

“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.

Dino tertawa penuh kemenangan.

Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.

Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.

Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.

Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.

Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.

Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.

Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.

Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.

“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.

“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.

Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”

Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.

Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.

“Harum!”, katanya.

Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.

“36B!”, katanya pendek.

Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.

“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.

Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.

“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”

Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.

Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.

Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.

Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.

Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.

“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.

“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.

Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.

“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.

Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.

Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.

Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.

Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.

Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.

Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.

Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.

Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.

Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.

Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.

Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.

Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.

Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.

Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.

Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.

Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.

Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.

Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.

Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.

Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.

Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.

“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.

Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.

Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.

Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.

Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.
TAMAT
. Share

PENGALAMAN MENGEJUTKAN

Di rumah, saya tinggal dengan kedua orang tua dan dua orang adik perempuan, kedua orang tua saya bekerja dan kedua adik saya masih duduk dibangku sekolah, sedangkan saya kuliah di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Nama saya Agus (bukan nama asli). Kami tinggal disebuah komplek perumahan yang tidak begitu elit di Bogor. Rumah kami saling berdekatan dengan tetangga sebelah dan kami cukup mengenal satu sama lain sehingga terkadang kami saling membantu, mereka datang kerumah atau sebaliknya.

Kejadiannya lima tahun yang lalu, suatu ketika tetangga saya pindah rumah. Tepatnya berselang dua rumah dengan rumah saya. Dalam beberapa hari rumah itu kosong dan yang tersisa hanya sebuah lampu bohlam yang terus menyala di teras rumahnya. Saya tahu karena rumah itu selalu saya lalui kalau pulang kerumah. Persisnya satu minggu setelahnya, Rabu siang hari, disebelah rumah agak sedikit berisik. Saya kebetulan sedang tidak kuliah penasaran apa yang terjadi disana. Share

DIPERKOSA 3 CEWEK BINAL

Cerita seks bugil ku kali ini akan mengisahkan tentang sebuah pengalaman cerita seks yang sangat menyedihkan tapi jika kalian yang menjadi aku pasti kalian malah akan menjadi ketagihan karena kenanganku ini sangat berhubungan dengan seks. Jika cerita ini di review maka akan seperti ini. Intinya aku diperkosa oleh 3 orang wanita bugil dan sangat binal. Padahal aku tak tahu siapa mereka sebenarnya. Karena kisahku ini aku pun tertarik untuk menuliskannya dan menjadikannya sebagai cerita seks dan akan berbagi dengan kalian semua pencinta cerita panas terbaru. Dan selalu ingat untuk mengikuti seksbugil.com karena hanya kamilah penyedia layanan terbaru dan terupdate seputar cerita seks panas.. Untuk itu langsung saja aku ceritakan kronologis kisah ku ini.

Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.

Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.

Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.

Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.

“Lagi ada yang ditunggu?”, tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
“Tidak…, Eh, kamu sendiri..?”,aku balik bertanya.
“Sama, aku juga sendirian”, jawabnya singkat.

Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.

“Jalan-jalan yuk…”, ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
“Kemana?”, tanyaku ikut berdiri.
“Kemana saja, dari pada bengong di sini”, sahutnya.

Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.

Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.

“Eh, nama kamu siapa…?”, tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
“Angga”, sahutku.
“Akh.., kayak nama perempuan”, celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
“Kalau aku sih biasa dipanggil Ria”, katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
“Nama kamu bagus”, aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
“Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku”, katanya meminta.

Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
“Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak…?”, ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
“Boleh”, sahutku.

Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.

Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
“Mobilku di parkir disana…”, katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
“Kamu bawa mobil…?”, tanyaku heran.
“Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum”, katanya beralasan.
“Kamu sendiri…?”
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
“Ikut aku yuk…”, ajaknya langsung.

Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.

“Ayo..”, Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
“Tunggu sebentar ya…”, kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.

Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.

Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.

“Aku dulu…, Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini”, kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.

Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
“Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian…?”, aku membentak kaget.

Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.

Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.

Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.

Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.

Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.

Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.

Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..

Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.

Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini…?

Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.

Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.

Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.

Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.

Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.

Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
“Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan”, katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.

Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
“Bapak ini siapa?”, tanyaku
“Saya pengurus rumah ini”, sahutnya.
“Lalu, ketiga gadis itu..”, tanyaku lagi.
“hh…, Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak…”, katanya dengan nada sedih.
“Bapak kenal dengan mereka?”, tanyaku.
“Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi”, katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.

Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.

Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
TAMAT Share

PACARKU DI GENJOT PENJAGA KEBUN TEBU

Cerita seks ini mungkin sedikit aneh karena cerita sex ini adalah sebuah pengalaman dari seorang yang sedang bermain di salah satu kota besar di jawa barat. mungkin cerita ini bisa dijadikan sebuah pengalaman hebat yang sangat jarang terjadi lagi mungkin. Tapi semua hal pasti akan terjadi apabila waktu yang berkata. Siang itu saya dan pacar saya baru saja pulang dari sebuah tempat wisata dikota Bekasi dengan menggunakan motor. Karena perjalanan yg lumayan jauh pacar saya bilang mau buang air kecil dulu. Akhirnya saya memutuskan untuk menepi disebuah warung kopi. Setelah pacar saya turun dia tanya ke Ibu2 penjaga warung.
“Bu Kamar mandinya sebelah mana ya?”.
Share

TUGAS KENIKMATAN

Halo, perkenalkan namaku Dana usia 27 tahun berasal dari Sumatra Utara. Aku sudah berkeluarga dengan 1 anak yang masih berusia 3 tahun. Aku dan R suamiku hidup sangat romantis dan sebenarnya keharmonisan kami sudah terbentuk sejak kami masih berteman (R adalah rekan kerja satu kantor sampai sekarang) yang seiring berjalannya waktu kamipun berpacaran.

Ternyata keasikan pertemanan kami setelah memasuki masa pacaran tidak mengalami perubahan malah semakin kompak karena untuk pulang kerumah aku tidak perlu kuatir jam berapapun karena R dengan setia siap mengantarku pulang atau kalau aku yang lembur maka R akan pulang duluan lalu kembali ke kantor untuk menjemput. Maklumlah sekalipun posisiku dikantor masih tergolong pegawai biasa tetapi kesibukan seolah tidak pernah berhenti dan aku sangat menikmati pekerjaan itu.

Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan. Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat “melunakkan” hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat selesai dengan mudah. Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku. Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.

Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi. Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku yaitu Heru (26) dan Dimas (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.

Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Sedangkan target selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan. Akupun jadi gelisah sendiri dan rupanya Heru menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari solusinya.

“Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang”
“Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Muti bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Dana membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin,” usul Heru
“Boleh juga, usul diterima” sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Heru.

Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Heru mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali.

“Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak”
Rupanya reaksiku ini disambut oleh Heru, “kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Dimas enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?”
“Boleh saja,” jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.

Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.

Tak lama kemudian Dimaspun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi. Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..

Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan?? Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Heru dan Dimas sudah segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Heru yang mengenakan kaos singlet sedangkan Dimas bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.

“Maaf Mbak Dana aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah”

Dimas berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.

“O ya, tapi sudah dijemur kan?” tanyaku basa basi.
“Sudah sih,” jawab Dimas sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.
“Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha” ganggu Heru sambil melirik ke aku dan kulihat Dimas semakin malu.

Rupanya introduksinya Heru tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML. Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Heru sangat piawai dalam teknik sex. Heru terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.

Lain halnya dengan Dimas yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Dimas sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan “adik”nya sudah meronta-ronta. Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi karena Heru pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami sendiri.

Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Dimas yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Dimas.

“Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus kami”

Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.. Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Heru dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Dimas duduk dilantai sambil menikmati Heru yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh rapih disitu dan Dimas memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan kuku dilapisi kutex transparan.

Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan Heru sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Heru dan Dimas melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

“Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu”

Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku. Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap kemaluanku..

Dan akhirnya Dimas mengalah membiarkan Heru melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya giliran Dimas yang berbeda dari Heru.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Dimas lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku..

Setelah puas menggeluti kemaluanku Heru mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa yang akan Heru lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang..

“Heru apa yang mau kamu lakukan??”

Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Heru memberi kode kepada Dimas yang kemudian Dimas menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Dimas ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lembut Dimas menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan penis milik Dimas sementara dibawah sana Heru rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika “pekerjaan” Heru selesai Dimaspun mencabut penisnya dari mulutku.

Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku Heru memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Dimas segera melompat dari celana pendeknya.. Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh batang kemaluan Heru sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap untuk menyambut penis Heru yang besar dan penuh urat..

“Sshh..”

Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang kemaluan Heru sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku.. Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Heru..

Selang beberapa lama Heru tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Heru memberiku kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku orgasme.. Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Dimas sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun ejakulasi dan menumpahkan di wajahku..

Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka tetap bekerja.

Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Heru dan Dimas ditambah 3 orang temannya yang lain.. Luar biasa.. Benar-benar aku sudah punya dunia sendiri diluar ijin suamiku.
TAMAT Share